Kali Konto yang bersumber dari Gunung Kawi adalah
sungai strategis yang masuk dalam Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas. Sumber Kali Konto juga berasal dari mata air yang terletak
didesa-desa di kaki gunung Kawi. Salah satu desa yang memberikan sumber
mata air bagi Kali Konto adalah desa Bendosari Kecamatan Pujon Malang.
Di desa yang terletak 1000 dpl memiliki 44 mata air. Sayangnya selama
ini pengelolaan dan pengawasan kualitas airnya belum dilakukan secara
maksimal.
Mulai Rabu (18/8) hingga Rabu (25/8) Pemerintah Desa
Bendosari bersama ecoton (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan
Basah) dengan didukung oleh Perum Jasa Tirta 1 Malang melakukan kegiatan
inventarisasi sumber mata air dan di kawasan Wilayah Desa Bendosari.
“Kawasan Bendosari terdapat sumber mata air yang
penting bagi kali Konto, selain itu sumber mata air yang ada sangat
menunjang kegiatan keseharian, pertanian dan peternakan sapi perah,”
Ungkap M . Khoirum SE kepala Desa Bendosari. Lebih lanjut ia menyatakan
bahwa data keberadaan sumbermata air selama ini belum terdokumentasi
dengan baik sehingga kesulitan bagi warga desa untuk melakukan upaya
rehabilitasi kawasan tangkapan air. Selama ini diketahui terdapat 38
sumber mata air di Desa Bendosari yang mengaliri dua sungai utama yaitu
Kalianget dan Coban Sewu. Bahkan di Cuban Sewu airnya dipercaya bisa
menyembuhkan beragam penyakit.
Kegiatan inventarisasi dan training pemantauan
kualitas air diikuti oleh Perangkat Desa Bendosari, Tokoh Masyarakat dan
BPD dengan tujuan untuk mendokumentasikan lokasi-lokasi mata air secara
tepat dan mengetahui kondisi lingkungan dan tegakan pohon yang ada
disekitar sumber mata air.
” Kegiatan inventarisasi ini diharapkan bisa
menginventarisasi potensi sumbermata air dan diharapkan muncul
inisiatif warga untuk ikut melestarikan keberadaan mata air,” Ujar M
Khoirun SE. Kegiatan inventarisasi akhirnya menemukan 6 lokasi baru,
sehingga total sumber mata air di Desa Bendosari kini berjumlah 44 mata
air. “ mata air yang dimiliki desa bendosari hingga saat ini berjumlah
44, empat diantaranya adalah sumber mata air terbesar yaitu Kalianget,
Katesan, Kokopan dan Gunung Tumangan,” Ujar Sukoyo (50 th) Kuwowo atau
manajer pengelolaan sumberdaya air di desa Bendosari. Daerah pegunungan
umumnya kaya akan sumber mata air, didaerah puncak gunung umumnya
berfungsi sebagai daerah tangkapan air, kemudian kawasan
punggung/lereng gunung berfungsi sebagai daerah yang meresapkan air atau
daerah resapan, kemudian di kaki gunung atau kawasan yang berdekatan
dengan desa atau pemukiman muncullah mata air-mata air. Sayangnya saat
ini banyak daerah pegunungan sudah berfungsi menjadi perkebunan sehingga
mengurangi daerah tangkapan dan resapan air yang pada gilirannya
mengurangi jumlah mata air.
“Keberadaan sumber mata air dicirikan dengan
banyaknya tumbuhan yang rimbun disebuah kawasan dan umumnya terletak di
kaki gunung, “ ungkap Joko Wasis (37) Warga bendosari yang sering
menjadi penunjuk jalan ke sumber mata air.
Kualitas air
Kualitas air yang mengalir memasuki Desa Bendosari
sebelumnya kualitasnya masih baik namun setelah memasuki pemukiman yang
padat dengan aktivitas peternakan sapi kualitas air menurun drastis.
Penduduk Desa bendosari umumnya bermatapencarian sebagai peternak sapi.
“Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kondisi hulu sungai
di Desa bendosari masih sangat bersih dengan masih ditemukkannya jenis
anggang-anggang, nimpha capung jarum, plecoptera, ephemeroptera, udang
air tawar dan yuyu atau kepiting air tawar, kondisi ini berbeda dengan
hilir yang terletak setelah desa bendosari kualitas airnya tercemar
organic dengan banyak ditemukannya cacing merah dan larva mrutu,” ungkap
Amirudin Mutaqien. Pencemaran organic yang ada di desa bendosari
berasal dari buangan kotoran sapi sebanyak 3000 ekor yang sebagian besar
belum dikelolah dengan baik.
“Kami berkomitmen kuat untuk memulihkan kondisi
kualitas air di Desa Bendosari, pada tahun 2011 akan dibangun 12
instalasi biogas dari 4 instalasi biogas yang telah dibangun,
selanjutnya desa juga telah menyiapkan lahan untuk pembangunan IPAL
(Instalasi pengolahan Air limbah)Komunal,” Ujar M Khoirun Kades
Bendosari, Kades Lulusan fakultas Ekonomi UNISMA Malang angkatan 1993
ini juga sudah menyusun program-program penyelamatan lingkungan dan
sumbermata air dengan melibatkan pamong desa, warga, Sekolah dan Pemuda
bendosari. Program yang akan diimplementasikan tahun 2011 yaitu Program
satu rumah satu taman bunga, Bank Clethong (kotoran sapi), pemantauan
kualitas air secara berkala pada sumber-sumber mata air di Bendosari dan
rehabilitasi lahan tangkapan air di kawasan lereng gunung Kawi. “ Kami
tidak ingin mewariskan air mata pada anak cucu tapi kita ingin
mewariskan mata-air mata air yang bisa menjadi sumber kehidupan bagi
generasi yang akan datang,” Ujar M Khoirun
sumber : http://gardabrantas.com/2010/08/bendosari-perang-melawan-kotoran-sapi/